Prosedur Standar Keamanan: Panduan Saat Terjatuh dari Perahu Rafting
Momen paling mendebarkan sekaligus paling ditakuti saat arung jeram adalah kemungkinan terjatuh ke dalam derasnya arus sungai. Namun, skenario ini bukanlah akhir dari petualangan, melainkan bagian dari risiko yang sudah diperhitungkan dan dilatih.
Dengan mengetahui prosedur darurat yang tepat,
memahami peran pemandu, dan yang terpenting, mengalahkan musuh utama yaitu
kepanikan, Anda dapat mengubah insiden ini menjadi cerita yang bisa Anda
banggakan.
![]() |
Sumber : Canva |
Momen yang Paling Dikhawatirkan: Mengapa ‘Jatuh’
Bukan
Akhir Segalanya
Dalam benak setiap peserta arung jeram pemula, satu gambaran sinematik seringkali terlintas: perahu terbalik atau seseorang terlempar ke dalam pusaran air yang ganas. Ini adalah ketakutan yang wajar.
Namun, dalam dunia petualangan modern, narasi tentang risiko telah bergeser. Fokusnya bukan lagi pada "bagaimana cara menghindari jatuh", melainkan "apa yang harus dilakukan ketika jatuh". Pergeseran pola pikir ini sangat penting.
Jatuh dari perahu, atau
dalam istilah profesionalnya menjadi swimmer (perenang), dianggap
sebagai insiden yang mungkin terjadi dan para pemandu telah dilatih secara
ekstensif untuk menanganinya.
Mengapa tidak boleh panik? Kepanikan adalah musuh nomor satu di air. Secara fisiologis, panik membuat napas menjadi pendek dan cepat, membakar oksigen berharga, dan membuat otot tegang.
Secara psikologis, panik melumpuhkan kemampuan berpikir logis dan mengikuti instruksi. Anda bisa lupa dengan semua arahan safety briefing dalam sekejap.
Padahal, dengan jaket pelampung (PFD) yang
terpasang benar, Anda secara fisik tidak akan tenggelam. Bahaya sesungguhnya
datang dari kepanikan yang membuat Anda menelan air atau kelelahan melawan arus
yang mustahil dikalahkan.
Baca Juga : 5 Perlengkapan Krusial yang Wajib Dikenakan Pemula Saat Rafting
Golden
Rules Saat Tercebur: Prosedur
Empat Langkah yang Wajib Dihafal
Setiap
pemandu profesional akan mengajarkan prosedur ini saat safety briefing.
Momen ini mungkin hanya berlangsung 15 menit, tetapi isinya bisa menjadi
penyelamat hidup Anda. Hafalkan empat langkah emas ini.
Langkah
1: LAWAN INSTING UNTUK PANIK
Saat
tubuh Anda menyentuh dinginnya air dan arus mulai menarik, insting pertama
adalah meronta, mencoba meraih perahu, atau berteriak panik. Lawan semua itu.
Ambil satu detik untuk menyadari: "Saya memakai pelampung, saya
mengapung." Ambil satu napas dalam yang terkontrol. Langkah pertama ini
adalah yang terpenting dan tersulit, namun menjadi fondasi untuk semua langkah
berikutnya.
Langkah
2: Ambil Posisi Aman (Defensive Swimming Position)
Segera
posisikan tubuh Anda telentang, seperti sedang bersantai di atas air. Arahkan
kaki Anda menghadap ke depan searah arus sungai (downstream). Angkat
kaki Anda sedikit hingga mendekati permukaan air.
- Mengapa posisi ini sangat penting? Pertama, kaki Anda berfungsi sebagai "bemper" yang akan melindungi tubuh dari benturan bebatuan. Jauh lebih baik tulang kering Anda yang menabrak batu daripada kepala atau punggung Anda. Kedua, dengan posisi telentang, wajah Anda akan selalu berada di atas air untuk bernapas. Ketiga, Anda bisa melihat dengan jelas ke arah mana Anda bergerak dan di mana posisi tim penyelamat.
Langkah
3: Cari dan Tatap Mata Pemandu Anda
Setelah
berada di posisi aman, prioritas Anda berikutnya adalah menemukan di mana
perahu dan pemandu Anda. Arahkan pandangan Anda ke mereka. Begitu Anda melihat
pemandu, buatlah kontak mata. Ini adalah sinyal non-verbal bahwa Anda sadar dan
siap menerima instruksi. Pemandu Anda adalah jangkar keselamatan Anda di tengah
situasi yang kacau.
Langkah
4: Dengarkan dan Lakukan Instruksi Penyelamatan
Pikiran
Anda sekarang harus fokus hanya pada satu hal: suara pemandu Anda. Mereka akan
meneriakkan instruksi dengan jelas. Mungkin mereka akan meminta Anda untuk
berenang ke arah perahu (jika arusnya memungkinkan), meraih dayung yang
diulurkan, atau bersiap menangkap tali penyelamat. Lakukan persis seperti yang
diinstruksikan tanpa ragu.
![]() |
Sumber : Canva |
Tim
Penyelamat di Samping Anda: Peran Pemandu dan Kru Lainnya
Anda
tidak sendirian di dalam air. Sebuah sistem penyelamatan akan langsung aktif
begitu Anda terjatuh.
- Pemandu
(Primary Rescuer): Pemandu Anda
adalah pemimpin regu penyelamat. Mereka dilatih untuk tetap tenang,
menstabilkan sisa kru di perahu, dan segera melakukan manuver
penyelamatan. Mereka memiliki alat khusus bernama throw bag
(kantong berisi tali apung) yang akan dilemparkan secara akurat ke arah
Anda.
- Rekan
Tim (Secondary Rescuer): Kru
lain di perahu juga memiliki peran. Mereka akan membantu mendayung sesuai
instruksi pemandu untuk mendekati Anda, atau mengulurkan ujung dayung
mereka (posisi T-Grip) untuk Anda pegang dan ditarik.
"Di pelatihan, kami tidak pernah menyebutnya 'jatuh', kami menyebutnya 'perenang' atau swimmer. Ini mengubah mindset," ungkap Bambang ‘Bebe’ Sutrisno, seorang Instruktur Swiftwater Rescue dan Pemandu Senior dari Malang.
"Tugas seorang 'perenang' hanya satu: mengapung dengan
tenang pada posisi defensif. Tugas kami sebagai pemandu adalah sisanya. Kami
dilatih ratusan jam untuk skenario ini. Jadi, percayai kami dan percayai
pelampung Anda."
Skenario
Penyelamatan: Apa Saja yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Setelah
instruksi diberikan, proses penyelamatan biasanya berlangsung cepat. Jika Anda
dekat dengan perahu, rekan Anda akan mengulurkan dayung dan pemandu akan
menginstruksikan cara menarik Anda kembali ke atas perahu.
Jika Anda agak jauh, pemandu akan melemparkan throw bag. Tugas Anda adalah menangkap talinya (bukan kantongnya) dan melingkarkannya ke badan atau memegangnya erat-erat.
Jangan pernah melilitkan tali ke tangan Anda. Setelah
itu, tim di perahu akan menarik Anda mendekat. Menurut data dari Federasi
Arung Jeram Indonesia (FAJI), pada trip komersial yang dipandu secara
profesional, lebih dari 95% insiden 'perenang' berakhir dengan penyelamatan
yang cepat dan tanpa cedera, membuktikan efektivitas prosedur keselamatan standar.
Jatuh ke air saat arung jeram memang bisa menjadi pengalaman yang mengejutkan, tetapi tidak harus menjadi pengalaman yang menakutkan. Dengan pengetahuan tentang prosedur darurat, kepercayaan pada pemandu dan peralatan, serta kemampuan untuk mengendalikan kepanikan, Anda memiliki semua yang dibutuhkan untuk melewati insiden tersebut dengan aman.
Pada akhirnya, pengetahuan inilah yang menjadi
jaket pelampung kedua Anda, mengubah ketakutan akan hal yang tidak diketahui
menjadi kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan apa pun.
Penulis : Alfarizi (Riz)