Risiko Rafting Terungkap: Apa yang Perlu Kamu Ketahui?
Pernah nggak sih kamu melihat orang meluncur di atas arus sungai deras sambil tertawa lepas dan berpikir, “Seru banget!”? Rafting memang memberi sensasi luar biasa antara takut dan bahagia bercampur jadi satu. Tapi di balik keseruannya, ada risiko yang nggak boleh disepelekan.

Mengapa Rafting Bisa Berisiko?
Rafting termasuk olahraga ekstrem yang mengandalkan arus sungai alami. Artinya, kondisi air, cuaca, dan rute sungai tidak selalu bisa diprediksi. Ada kalanya arus terlalu kuat, atau batu besar muncul tiba-tiba di tikungan. Faktor-faktor ini yang membuat rafting berbeda dari olahraga air biasa.
Selain itu, pengalaman peserta juga sangat memengaruhi tingkat risiko. Pemula sering kali belum terbiasa mengendalikan perahu saat arus berubah cepat. Kadang panik justru membuat situasi makin berbahaya. Karena itu, rafting selalu dilakukan dalam tim dengan instruktur profesional yang memahami kondisi medan.
Jenis Risiko Rafting yang Sering Terjadi
1. Cedera Fisik Akibat Terjatuh
Risiko paling umum adalah cedera akibat terjatuh dari perahu. Bisa berupa memar, luka ringan, atau bahkan patah tulang bila terbentur batu. Biasanya ini terjadi karena posisi duduk tidak stabil atau kurang cepat bereaksi saat perahu oleng.
Solusinya sederhana: ikuti aba-aba instruktur dan pegang dayung dengan benar. Jangan panik ketika jatuh ke air posisikan tubuh menghadap ke atas dan kaki ke depan agar bisa menghindari batu.
2. Terseret Arus Deras
Arus sungai kadang menipu. Di permukaan terlihat tenang, padahal bawahnya deras. Jika peserta kehilangan keseimbangan, mereka bisa terseret cukup jauh sebelum sempat ditolong.
Maka dari itu, penggunaan pelampung standar internasional sangat wajib. Jangan tergiur biaya murah dengan peralatan seadanya. Pastikan setiap peralatan dicek oleh operator sebelum rafting dimulai.
3. Risiko Hipotermia
Banyak yang nggak sadar kalau rafting bisa menyebabkan hipotermia, terutama di daerah dengan suhu air rendah. Tubuh yang terlalu lama terendam air dingin bisa kehilangan panas dan menurunkan kesadaran.
Saya sendiri pernah mengalami hal serupa, tangan mulai mati rasa setelah setengah jam di sungai. Sejak itu, saya selalu mengenakan wetsuit atau pakaian pelindung air dingin meski terlihat sederhana.

Meski jarang terjadi pada level pemula, perahu terbalik tetap menjadi ancaman nyata. Biasanya ini disebabkan oleh arus yang menghantam sisi perahu atau kesalahan koordinasi tim saat mendayung.
Instruktur biasanya sudah mempersiapkan simulasi penanganan keadaan darurat. Jadi kalau perahu terbalik, jangan mencoba berdiri atau melawan arus. Biarkan tubuh mengapung, pegang tali pengaman, dan ikuti arus hingga instruksi lanjutan.
Cara Menghindari Risiko Rafting
Pilih Operator Profesional
Hal paling penting sebelum ikut rafting adalah memastikan operatornya bersertifikat dan berpengalaman. Operator yang baik akan menjelaskan rute, potensi bahaya, dan memberikan pengarahan keselamatan dengan jelas sebelum turun ke air.
Perhatikan juga apakah mereka menyediakan peralatan berstandar keselamatan, seperti helm, pelampung, dan dayung dalam kondisi baik. Operator profesional biasanya juga memiliki tim rescue yang siap siaga.
Baca Juga: Rafting Profesional: Tips dan Teknik untuk Atlet Arung Jeram
Kenali Level Kesulitan Sungai
Sungai rafting dibagi menjadi beberapa grade dari I (paling ringan) hingga VI (paling ekstrem). Untuk pemula, disarankan mencoba grade II atau III saja. Jangan langsung mencoba jalur ekstrem hanya karena ingin terlihat berani. Keselamatan jauh lebih penting dari ego.
Siapkan Kondisi Fisik
Meskipun tidak perlu jadi atlet, kamu tetap perlu kondisi tubuh yang fit. Rafting menguras tenaga karena harus mendayung melawan arus. Hindari rafting jika kamu sedang cedera, demam, atau kurang tidur.
Kalau bisa, lakukan peregangan ringan sebelum turun ke sungai. Ini membantu otot tidak kaget saat menghadapi hentakan air yang kuat.
Kesalahan Umum Saat Rafting
Meremehkan Arahan Instruktur
Beberapa orang merasa cukup berani dan menganggap aba-aba instruktur hanya formalitas. Padahal setiap arahan itu disusun untuk mengantisipasi risiko spesifik di sungai. Sekali saja mengabaikan, bisa berakibat fatal bagi seluruh tim.
Tidak Menggunakan Peralatan dengan Benar
Helm yang longgar atau pelampung yang tidak dikancing sempurna bisa berakibat buruk. Banyak kecelakaan terjadi hanya karena kelalaian kecil seperti ini. Jadi pastikan semua pengait terpasang rapat sebelum mulai mendayung.
Panik Saat Terjatuh
Sikap panik membuat kamu kehilangan kontrol. Saat jatuh ke air, yang harus kamu lakukan adalah posisikan kepala di atas, kaki ke depan, dan ikuti arus. Tim rescue akan segera membantu begitu situasi aman.
Tips Aman Sebelum dan Sesudah Rafting
Sebelum Rafting
Gunakan pakaian yang cepat kering dan tidak menyerap air.
Hindari memakai sandal jepit, pilih sepatu air yang menutup kaki.
Simpan barang berharga di tempat aman, jangan dibawa ke perahu.
Dengar baik-baik briefing dari pemandu.
Sesudah Rafting
Ganti pakaian segera untuk mencegah masuk angin atau hipotermia.
Minum air hangat untuk mengembalikan suhu tubuh.
Evaluasi pengalaman kamu: apa yang terasa sulit, bagian mana yang seru, supaya pengalaman berikutnya lebih siap.
Rafting memang bukan olahraga untuk sembarang orang, tapi dengan persiapan matang dan rasa hormat terhadap alam, semua risiko bisa diminimalkan. Saya percaya, sensasi melawan arus sungai memberi pelajaran berharga: bahwa keberanian bukan berarti menantang bahaya, tapi tahu kapan harus berhenti dan kapan harus melangkah maju.
Jadi, sebelum kamu meluncur ke arus sungai berikutnya, pastikan kamu sudah tahu risikonya dan siap menghadapinya. Karena di balik derasnya air, ada kisah keberanian yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang berani mencoba dengan bijak dan penuh kehati-hatian.
.webp)
.gif)
.gif)