Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Pemula Saat Rafting
Antusiasme tinggi saat akan mencoba Rafting untuk pertama kali seringkali membuat para pemula lengah dan melakukan kesalahan-kesalahan sepele. Namun di tengah derasnya arus sungai, kesalahan kecil bisa dengan cepat memicu situasi berisiko.
Mengenali apa saja blunder yang paling sering terjadi, mulai dari sesi briefing hingga saat mendayung di jeram, adalah kunci untuk memastikan petualangan pertama Anda berjalan aman, lancar, dan menyenangkan.
![]() |
Sumber : Canva |
Ilusi
‘Tinggal Duduk Manis’: Mengapa Kesalahan Kecil Berdampak Besar
Di era media sosial, Rafting sering ditampilkan sebagai aktivitas yang penuh tawa dan gaya, di mana peserta hanya perlu duduk manis sambil berfoto dengan latar jeram yang memukau. Realitasnya, Rafting adalah olahraga tim yang menuntut partisipasi, fokus, dan kesadaran situasional.
Pemandu memang kaptennya, tetapi Anda dan rekan-rekan Anda adalah mesin penggeraknya. Inilah mengapa kesalahan kecil yang dilakukan satu orang bisa berdampak pada keseimbangan dan keselamatan seluruh perahu.
Konteks "Instagram vs. Realitas" ini penting dipahami. Banyak pemula, terutama dari kalangan yang lebih muda, datang dengan ekspektasi untuk bersenang-senang tanpa menyadari adanya tanggung jawab pribadi.
Mereka lebih
fokus menyiapkan kamera daripada menyiapkan mental. Padahal, sungai adalah
elemen alam yang kuat dan dinamis; ia menuntut rasa hormat dan perhatian penuh.
Kesalahan yang terjadi bukan karena kurangnya kekuatan fisik, melainkan karena
kurangnya perhatian dan pemahaman terhadap instruksi.
Baca Juga: Rafting vs Arung Jeram, Mengungkap Fakta di Balik Dua Istilah yang Sering Dianggap Beda
Kesalahan
Utama di Sesi Briefing: Kesalahan Sebelum Perahu Bergerak
Ironisnya,
kesalahan paling fundamental seringkali terjadi bahkan sebelum perahu menyentuh
air. Momen ini adalah fondasi keselamatan Anda, dan mengabaikannya sama dengan
membangun rumah tanpa pondasi.
Menganggap
Remeh Sesi Latihan dan Instruksi
Saat pemandu memulai safety briefing, banyak pemula yang sibuk sendiri—mengobrol, mengambil foto, atau sekadar tidak memperhatikan. Mereka berpikir, "Ah, nanti juga tinggal ikuti saja." Ini adalah kesalahan fatal.
Sesi ini adalah satu-satunya kesempatan Anda untuk memahami komando,
mempelajari prosedur darurat, dan bertanya jika ada yang tidak jelas dalam
lingkungan yang tenang dan terkontrol. Setiap kata yang diucapkan pemandu
memiliki tujuan.
Mengabaikan
Pemasangan Alat Keselamatan (Fit is Everything)
Kesalahan
kedua adalah memakai perlengkapan keselamatan dengan asal-asalan.
- Pelampung
(PFD) Longgar: Peserta seringkali tidak
mengencangkan tali PFD dengan benar karena takut sesak. Akibatnya, saat
terjatuh, PFD bisa terlepas ke atas kepala dan kehilangan fungsi daya
apungnya.
- Helm
Goyang: Memakai helm yang tidak pas
ukurannya atau tidak mengunci tali dagu dengan benar. Helm yang longgar
tidak akan memberikan perlindungan maksimal saat terjadi benturan.
Kesalahan
di Tengah Arus Deras: Blunder yang Mempengaruhi Tim
Ketika
perahu sudah berada di atas air dan adrenalin mulai terpompa, fokus menjadi
kunci. Di sinilah kesalahan teknis paling sering terjadi dan paling berisiko.
Kesalahan
Memegang Dayung: Kehilangan Kontrol dan Membahayakan Teman
Banyak pemula tidak memegang ujung gagang "T" (T-Grip) pada dayung. Mereka memegang batang dayung dengan kedua tangan seperti menyapu. Ini tidak hanya mengurangi kekuatan dayungan hingga 50%, tetapi juga sangat berbahaya.
Ujung T-Grip yang tidak terkontrol bisa terayun liar di tengah guncangan dan
mencederai wajah rekan di sebelahnya.
Mendayung
Tanpa Irama: Merusak Momentum dan Keseimbangan Perahu
Pemandu memberikan komando "Maju!" atau "Mundur!" untuk dieksekusi secara serempak. Beberapa pemula seringkali mendayung sesuai keinginan sendiri, entah karena panik atau tidak fokus.
Dayungan yang kacau akan merusak momentum
perahu, membuatnya sulit dikendalikan oleh pemandu, dan bahkan bisa menyebabkan
perahu berputar atau menabrak rintangan.
Posisi
Duduk yang Salah: Meminta untuk Terlempar
Aturan dasar di perahu adalah duduk di tepi tabung dengan kaki terkunci di thwart atau foot strap. Pemula seringkali takut dan refleks menggeser duduknya ke arah dalam atau bahkan ke lantai perahu. Posisi ini justru sangat tidak stabil.
Duduk di lantai akan membuat Anda menjadi "bola" yang mudah
terpental saat perahu menghantam jeram.
Mindset
yang Salah: Musuh Terbesar dalam Diri Sendiri
Di
luar kesalahan teknis, ada kesalahan mental yang seringkali menjadi akar dari
masalah lainnya. Ini adalah pertarungan yang terjadi di dalam kepala Anda
sendiri.
"Saya sudah puluhan tahun di sungai, melihat ribuan tamu. Kesalahan paling sering itu bukan salah dayung, tapi salah dengar dan salah sikap," ujar Pak ‘Gombloh’, seorang Pemandu Legendaris dari Sungai Pekalen, Probolinggo.
"Telinga
harus lebih tajam dari suara jeram. Sungai itu menuntut rasa hormat. Kalau Anda
datang dengan sombong, sungai akan mengajari Anda kerendahan hati dengan
caranya. Tapi kalau Anda datang untuk belajar, sungai akan menjadi guru
terbaik."
Panik:
Reaksi Berantai yang Melumpuhkan
Seperti
yang sering dibahas, panik adalah kesalahan terbesar. Saat jeram pertama
datang, pemula seringkali berhenti mendayung dan hanya berpegangan erat sambil
berteriak. Padahal, justru saat itulah tenaga dayungan paling dibutuhkan untuk
menjaga kestabilan perahu.
Terlalu
Percaya Diri (Overconfidence)
Ini adalah sisi lain dari koin kepanikan. Peserta yang merasa sudah kuat atau pernah mencoba aktivitas lain seringkali meremehkan instruksi. Mereka mungkin mencoba berdiri, bercanda berlebihan, atau tidak mendayung dengan serius. Sikap ini tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga seluruh tim.
Sebuah laporan keselamatan dari Adventure Council International menyimpulkan bahwa hampir 60% insiden yang dapat dicegah dalam wisata petualangan berakar pada human error dari peserta, dengan "tidak mengikuti instruksi pemandu" sebagai penyebab utamanya.
Rafting adalah petualangan yang luar biasa aman dan menyenangkan jika didekati dengan sikap yang benar. Menghindari kesalahan-kesalahan umum di atas pada dasarnya bermuara pada tiga hal: mendengarkan dengan saksama, berpartisipasi secara aktif, dan menaruh rasa hormat pada alam serta pemandu Anda.
Dengan
meninggalkan ego di darat dan membawa semangat belajar ke atas perahu, Anda
tidak hanya memastikan keselamatan, tetapi juga membuka diri untuk mendapatkan
pengalaman Rafting yang paling otentik dan memuaskan.
Penulis : Alfarizi (Riz)