Standar Keselamatan Rafting Terbaru: Panduan Wajib bagi Usaha Wisata Arung Jeram
BATURAFTING - Di industri wisata petualangan,
terutama arung jeram, keselamatan bukan hanya kewajiban—tetapi identitas
profesional penyedia jasa. Seiring bertambahnya jumlah wisatawan dan
meningkatnya minat masyarakat terhadap aktivitas outdoor, standar keselamatan
rafting pun terus disesuaikan. Sungai mungkin tidak berubah, tetapi cara kita
menaklukkannya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Pembaruan standar ini bertujuan
memastikan setiap pengarungan tidak hanya seru, tetapi juga terkendali dan
aman. Dan bagi usaha wisata arung jeram, mengikuti standar keselamatan terbaru
bukan sekadar formalitas—melainkan bukti bahwa operasional yang dijalankan
memang siap memberikan pengalaman terbaik.
Apa yang
Dimaksud dengan Standar Keselamatan Rafting Terbaru?
Standar keselamatan rafting
adalah seperangkat prosedur, peralatan, dan kompetensi yang wajib dimiliki
operator untuk menjamin keamanan peserta selama pengarungan. Tahun ini,
pembaharuan standar dilakukan untuk menyesuaikan kondisi lapangan, penambahan
teknologi peralatan, serta memastikan setiap operator memenuhi ekspektasi
wisatawan mengenai keamanan.
Standar keselamatan tidak berdiri
sendiri; ia mengikuti pedoman nasional dan internasional. Karena itu, penyedia
jasa rafting perlu memahami bagaimana setiap aturan diterapkan.
Regulasi
Nasional dan Pedoman Global
Di Indonesia, beberapa aturan dan
pedoman keselamatan mengacu pada:
- Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI)
Mengatur kompetensi guide, sertifikasi rescue, dan pedoman pengarungan. - Standar IRF (International Rafting Federation)
Menjadi rujukan global mengenai teknik pengarungan, rescue, dan manajemen risiko.
Kombinasi dua pedoman ini memberi
gambaran lengkap tentang apa saja yang perlu dipenuhi agar operasional arung
jeram berjalan profesional.
Baca Juga : Pelatihan Operator Rafting, Standar dan Skill yang Dibutuhkan
Peralatan
Keselamatan yang Wajib Dimiliki Operator Rafting
Peralatan keselamatan merupakan
fondasi pertama sebelum membicarakan hal lain. Perlengkapan yang berkualitas
dan terstandarisasi mampu memperkecil risiko kecelakaan dan memastikan
pengarungan berjalan lancar.
Berikut peralatan wajib dalam
standar terbaru:
1. Helm
Standar Petualangan
Helm yang digunakan harus
memenuhi standar internasional untuk aktivitas air. Helm tidak boleh retak,
tali pengikat harus kuat, dan ukurannya perlu disesuaikan dengan bentuk kepala
peserta.
2.
Pelampung (Life Jacket) dengan Level Buoyancy Terukur
Pelampung wajib memiliki
floatation minimal kelas profesional, dengan tali pengikat lengkap, tidak
robek, dan sudah melalui pengecekan harian. Pelampung adalah alat penyelamat
nyawa utama, sehingga kondisinya tidak boleh kompromi.
3. Dayung
Berstandar Profesional
Dayung harus ringan, memiliki
struktur bilah yang kuat, dan disesuaikan dengan panjang ideal peserta. Standar
terbaru merekomendasikan penggunaan bahan fiberglass atau carbon fiber.
4. Perahu
Rafting Berbahan Khusus
Material perahu harus tahan
abrasi sungai dan tekanan udara. Standar terbaru menekankan pengecekan tekanan
udara (PSI) sebelum pengarungan dimulai.
5. Throw
Bag dan Tali Rescue
Tali ini digunakan untuk
penyelamatan peserta yang jatuh ke air. Setiap trip harus membawa minimal dua
throw bag.
6. Kotak
P3K & Peralatan Komunikasi
Termasuk perban, antiseptik,
sarung tangan, dan alat komunikasi seperti HT atau radio waterproof.
Semua peralatan tersebut wajib
dicek sebelum dan sesudah trip. Operator profesional biasanya memiliki buku
catatan perawatan harian (log book equipment) sebagai bukti bahwa peralatan
selalu dalam kondisi siap pakai.
Kompetensi
Guide: Sertifikasi, Pelatihan, dan Simulasi
Dalam industri arung jeram, guide
adalah “kapten kapal” yang menentukan jalannya pengarungan. Tidak peduli seberapa
besar arus sungai, guide profesional akan selalu mampu membaca situasi dan
menjaga keselamatan seluruh peserta.
Standar terbaru menekankan bahwa setiap
guide wajib bersertifikat resmi, baik dari FAJI maupun lembaga pelatihan
rescue berlisensi.
Skill Teknis
yang Wajib Dimiliki Guide
Guide harus menguasai:
- Teknik mendayung (forward, backward,
high-side)
- Teknik membaca arus, jeram, serta potensi
bahaya
- Self-rescue dan buddy rescue
- Evakuasi dasar dan pertolongan pertama
- Navigasi sungai dan penggunaan peta arus
Skill teknis ini bukan hanya
diajarkan, tetapi harus diuji secara berkala melalui simulasi rutin.
Skill
Non-Teknis: Briefing dan Pengendalian Peserta
Tidak kalah penting dari teknik
pengarungan adalah kemampuan komunikasi. Guide harus mampu:
- Memberikan penjelasan yang jelas dan mudah
dipahami
- Mengatur posisi duduk peserta
- Menenangkan peserta dalam kondisi darurat
- Mengambil keputusan cepat
Guide yang baik tidak hanya ahli
mengendalikan perahu, tetapi juga memahami bagaimana memimpin dan menjaga
suasana pengarungan tetap aman dan menyenangkan.
Standard
Operational Procedure (SOP) Pengarungan yang Wajib Diikuti
SOP adalah dasar operasional yang
memastikan semua aktivitas berjalan terstruktur. Standar terbaru menetapkan
beberapa poin penting:
1. Safety
Briefing Lengkap
Sebelum pengarungan dimulai,
peserta harus mendapatkan penjelasan mengenai:
- Teknik mendayung
- Posisi duduk yang aman
- Cara menyelamatkan diri ketika jatuh
- Komando-komando guide
- Potensi rute pengarungan
Briefing harus dilakukan secara
perlahan, jelas, dan interaktif.
2.
Pengecekan Sungai Sebelum Trip
Operator wajib melakukan
pengecekan situasi sungai setiap hari, termasuk:
- Tinggi permukaan air
- Kecepatan arus
- Keberadaan hambatan baru (batang pohon, batu
longsor, dan lainnya)
3.
Penempatan Peserta Sesuai Bobot dan Kondisi Fisik
Peserta dengan kondisi fisik
tertentu tidak boleh ditempatkan di posisi depan apabila tidak mampu menahan
tekanan arus. Guide harus menentukan komposisi kru dengan cermat.
4. Sistem
Komando Jelas
Perintah seperti “forward”,
“back”, “stop”, dan “high-side” harus diajarkan terlebih dahulu.
Manajemen
Risiko: Inti Keselamatan yang Tidak Boleh Diabaikan
Setiap operator rafting wajib
memiliki sistem manajemen risiko. Ini bukan sekadar dokumen, tetapi bagian
penting dari operasional harian.
Poin manajemen risiko meliputi:
- Pengidentifikasian titik-titik bahaya
- Penilaian skala risiko
- Penentuan jalur alternatif
- Standar keputusan “go/no-go”
- Prosedur menghadapi perubahan cuaca mendadak
Dengan sistem manajemen risiko,
operator dapat mengurangi potensi kecelakaan bahkan sebelum pengarungan
dimulai.
Penanganan
Situasi Darurat dan Evakuasi
Walaupun operator sudah
berpengalaman, situasi darurat tetap bisa terjadi. Oleh karena itu, standar
terbaru mengharuskan adanya:
- Tim rescue yang siap diterjunkan
- Pengetahuan penggunaan throw bag
- Penanganan korban tenggelam ringan hingga
sedang
- Komunikasi radio antar-guide
- SOP evakuasi ke titik aman
- Koordinasi dengan fasilitas kesehatan terdekat
Semua operator harus melakukan
simulasi evakuasi minimal satu kali per bulan agar tim siap menghadapi segala
kemungkinan.
Tingkatkan
Standar, Tingkatkan Kepercayaan Pelanggan
Mengikuti standar keselamatan
rafting terbaru bukan hanya kewajiban, tapi juga investasi untuk membangun
kepercayaan pelanggan. Operator yang menerapkan prosedur keselamatan lengkap
cenderung lebih dipercaya wisatawan, terutama mereka yang baru pertama kali
mencoba arung jeram.
Dengan memastikan seluruh
peralatan dalam kondisi baik, guide bersertifikat, SOP dijalankan, dan
manajemen risiko diterapkan, usaha wisata arung jeram dapat berkembang semakin
profesional dan berkelanjutan.
.gif)
1. Apakah
operator rafting wajib memiliki guide bersertifikat?
Ya. Standar terbaru mewajibkan
operator untuk memastikan seluruh guide bersertifikat resmi dan mengikuti
pelatihan berkala untuk menjaga kompetensi teknis maupun non-teknis.
2.
Mengapa safety briefing sangat penting sebelum pengarungan?
Safety briefing memastikan
peserta memahami teknik dasar, komando, dan prosedur keselamatan. Dengan
briefing yang tepat, risiko kecelakaan dapat ditekan secara signifikan.
Penulis : Vivian Dewi
REFRENSI
Website internationalrafting.com
website paketoutboundmalang.com
.webp)

